February 2018 – Raptor Indonesia
 

Month: February 2018

Sikep-madu Sulawesi

| Comments Off on Sikep-madu Sulawesi

BARRED HONEY-BUZZARD

Pernis celebensis (Wallace, 1868)

Individu dewasa dalam posisi terbang. Di foto di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan | © Kama Jaya Shagir

Persebaran dan Ras

Merupakan burung pemangsa Endemik Sulawesi. Burung yang tidak umum, tapi tersebar di beberapa daerah terbatas. Menghuni empat pulau utama di Sulawesi yakni; Sulawesi, Peleng, Muna, dan Buton. Monotyopic.

Berukuran 51-61 cm. Punggung berwarna coklat, dada bagian atas berwarna merah karat dan bercoret hitam. Dada bagian bawah sampai perut berwarna abu-abu berpalang putih. Kepala abu-abu, tenggorokan putih bergaris hitam. Ekor coklat abu-abu pucat. Juvenile: berwarna lebih pucat dan lebih sedikit coretan.

Inividu muda (juvenile) dari tanah Toraja, Sulawesi Selatan | © Happy F.

Suara

Lebih banyak diam. Pada musim berbiak mengeluarkan suara teriakan memanggil yang keras.

Habitat

Hidup di hutan primer dan tepi hutan, terutama di perbukitan atau pegunungan sampai ketinggian 1100 m, meski terkadang juga ditemukan di dataran rendah dengan ketinggian diatas 250 m.

Berbiak

Tidak banyak informasi terkait dengan perkembangbiakan jenis ini di Sulawesi. Satu individu betina pernah terekam dalam kondisi siap berbiak pada bulan September di Sulawesi. Masa pengeraman dan anak mulai bisa meninggalkan sarang tidak diketahui.

Makanan

Seperti halnya dengan Sikep-madu lainnya, makanan utamanya adalah  sarang, larva, anakan dan lebah serta tawon dewasa. Juga memakan verteberata kecil dan serangga hymenoptera lainnya.

Kebiasaan dan Status Migrasi

Burung yang pemalu, seringkali bertengger di dahan yang tersembunyi. Terkadang terlihat berjalan di permukaan tanah. Merupakan burung endemik sulawesi.

Status Keterancaman dan Perlindungan

Ancaman utamanya adalah berkurangnya habitat dan perburuan untuk perdagangan.

Dilindungi Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya dan PP 7 dan 8 Tahun 1999. Least concern (IUCN 2011), Appendix II CITES.

Sumber bacaan

Clark, W.S., Kirwan, G.M. & Marks, J.S. (2018). Sulawesi Honey-buzzard (Pernis celebensis). In: del Hoyo, J., Elliott, A., Sargatal, J., Christie, D.A. & de Juana, E. (eds.). Handbook of the Birds of the World Alive. Lynx Edicions, Barcelona. (retrieved from https://www.hbw.com/node/52960 on 28 February 2018).

 

Elang Ekor-panjang

| Comments Off on Elang Ekor-panjang

LONG-TAILED HONEY BUZZARD

Henicopernis longicauda (Gamot, 1828)

 

Long-tailed Buzzard

Persebaran dan Ras

Merupakan jenis burung pemangsa endemik. Ditemukan hampir di seluruh Papua, kelompok pulau Papua Barat, P. Aru, dan P. Yapen, dari ketinggian permukaan laut sampai 3000 meter diatas permukaan laut.

Deskripsi

Berukuran sedang (56 cm). Ekor dengan tiga palang hitam yang jelas. Perhatikan bayangannya yang khas ketika melambung tinggi di atas hutan: kepala kecil, ekor bundar panjang, dan sayap bundar panjang ke arah depan. Perhatikan sayap yang berpalanga sangat banyak; coret halus di dada dan sisi tubuh. Jika dari dekat, iris kuning dan coret putih di muka, mahkota, dan pipi.

Iris kuning, paruh hitam dengan sera abu-abu, tarsus telanjang, kaki abu-abu.

Suara

Jenis ini biasanya tidak bersuara, tetapi suaranya seperti elang-alap selama terbang

Habitat

Sering dijumpai menghuni kawasan hutan dengan tegakan kanopi yang rapat, namun paling umum di  tepian hutan, perbukitan dan Pegunungan.

Berbiak

Aktivitas berbiak teramati pada akhir musim penghujan menuju musim kemarau. Sarang berupa tumpukan ranting yang disusun di pohon pada dahan utama, terkadang sarang juga diletakan pada pohon pandan (Pandanus sp). Jumlah telur dan masa pengeraman tidak diketahui.

Makanan

Makanan utamanya adalah serangga termasuk lebah dan larva lebah, semut dan belalang. Juga memangsa reptil, burung dan telur burung. Berburu di hutan pada siang hari dengan cara berpindah dari tenggeran satu ke tenggeran yang lain.

Kebiasaan dan Status Migrasi

Elang yang paling umum di hutan dan tepi hutan, sering terlihat melambung sendirian, atau berpasangan, di atas bukit yang tinggi atau hutan pegunungan. Burung penetap, akan tetapi untuk individu muda meninggalkan lokasi berbiak untuk mengembangkan daerah jelajahnya (Bildstein 2006).

Status Keterancaman dan Perlindungan

Populasi dinyatakan masih umum. Popolasinya menghuni hutan – hutan di Papua dan New Guinea. Dilindungi Undang-undang No.5  tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1999. IUCN red list menyatakan Least Concern. Appendix II CITES.

Sumber bacaan:

Debus, S., Kirwan, G.M. & Marks, J.S. (2018). Long-tailed Honey-buzzard (Henicopernis longicauda). In: del Hoyo, J., Elliott, A., Sargatal, J., Christie, D.A. & de Juana, E. (eds.). Handbook of the Birds of the World Alive. Lynx Edicions, Barcelona. (retrieved from https://www.hbw.com/node/52956 on 28 February 2018).

Global Raptor Information Network. 2018. Species account: Long-tailed Honey Buzzard Henicopernis longicauda. Downloaded from http://www.globalraptors.org on 28 Feb. 2018

 

Sikep-madu Asia

| Comments Off on Sikep-madu Asia

EASTERN HONEY-BUZZARD

Pernis ptilorhyncus (Temminck, 1821)

P.p.ptilorhynchus teramati di Taman Nasional Meru Betiri/ Foto oleh: Junaedi

Persebaran dan Ras

Merupakan jenis dengan persebaran yang cukup luas dengan pola (morphologi) yang sangat banyak. Terdapat 6 anak jenis (ras) dengan daerah perseabaran:

  • Pernis ptilorhyncus orientalis Taczanowski, 1891 – Eastern Honey-buzzard – berbiak di Siberia, Jepang hingga Vietnam. Bermigrasi secara luas, wintering di Benua India, Asia Tenggara dan Wilayah Indonesia.
  • Pernis ptilorhyncus ruficollis Lesson, 1830 – Sri Lanka dan daratan utama Asia Tenggara kecuali semenanjung Thailand dan Malaysia.
  • Pernis ptilorhyncus torquatus Lesson, 1830 – Thailand, Malaysia, Sumatra dan Kalimantan.
  • Pernis ptilorhyncus ptilorhynchus (Temminck, 1821) – Indomalayan Honey-buzzard atau Javan Honey-buzzard – Jawa.
  • Pernis ptilorhyncus philippensis Mayr, 1939 – Filipina
  • Pernis ptilorhyncus palawanensis Stresemann, 1940 – Palawan, Calamians dan Filippina bagian barat..

 

Individu juvenile/muda Sikep-madu asia ras ptilorhynchus terdokumentasi di Taman Nasional Baluran/ Foto oleh: Cak Boeseth

Deskripsi

Berukuran sedang 50 cm, Warna sangat bervariasi dalam bentuk, terang, normal, dari dua ras yang berbeda. Masing-masing ,meniru elang yang berbeda dalam pola warna bulu. Terdapat garis-garis pada ekor yang tidak teratur. Semua bentuk memiliki tenggorokan berbercak pucat kontras, dibatasi oleh garis tebal hitam, sering dengan garis hitam mesial. Ciri khas ketika terbang kepala relatif kecil menyempit, leher agak panjang, sayap panjang menyempit, ekor berpola. Pada saat soaring ekor cenderung mengembang.

Iris jingga, paruh abu-abu, beberapa perjumpaan memiliki sera kuning, bulu berbentuk sisik(terlihat dalam jarak dekat).

Suara

Keras, tingkatan nada meninggi, seperti bunyi lonceng dengan empat tingkatan nada ’wii-wiy-uho” atau ”wiihiy-wiihiy”.

Habitat

Sering mengunjungi hutan pegunungan. Hutan hujan tropis dari dataran rendah hingga dataran tinggi sedang. Di Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Meru Betiri ditemukan di dataran rendah. Bisa dijumpai hingga ketinggian 1800 mdpl, tapi lebih umum di ketinggian 1200 mdpl. Pada musim migrasi bisa ditemukan hingga ketinggian 3000mdpl.

Sikep-madu Asia ras orientalis merupakan pengunjung musim dingin yang rutin datang ke indonesia/ foto oleh: Asman Adi Purwanto

Berbiak

Musim kawin : Umunya Juni – pertengahan September.

Sarang: Di Siberia berukuran lebar 80 cm atau lebih dengan kedalaman 25 cm atau lebih dan di India lebih kecil dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 20 cm. Terdiri dari ranting kering dan jarang dedaunan hijau. Jumlah telur: 2 butir, dengan masa pengeraman 28 0 35 hari.

Makanan

Makanannya berupa ulat, kepompong dan anakan tawon dan lebah. Lalat kerbau merupakan makanan yang disukainya. Di Taiwan pada musim berbiak membawa ular dan burung dari keluarga Columbidae ke sarang untuk anaknya.

Kebiasaan dan Status Migrasi

Pengunjung pada musim dingin September-November dalam jumlah besar. Sering mengunjungi hutan pegunungan. Ciri sewaktu terbang adalah beberapa kepakan dalam yang di ikuti luncuran panjang. Melayang tinggi di udara dengan sayap datar. Mempunyai kebiasaan aneh yaitu merampas sarang tawon.

Ras yang berjambul panjang torquatus dan ptilorhyncus adalah jenis penetap dan ras Paleraktika Timur yang berjambul pendek, orientalis, pengunjung musim dingin (migran). Melakukan migrasi pada musim dingin selama bulan Agustus sampai Nopember dan Kembali bulan Maret hingga Mei. Di Indonesia diketahui masuk melalui Sumatera, Borneo, Sulawesi kemudian ada beberapa jalur lagi sampai ke Wintering Area. Di jawa, lokasi pengamatan migrasi di jawa barat adalah Puncak, Bogor, Gunung Tangkuban Perahu, Papandayan, Cibodas, Halimun Salak. Kemudian ke timur melewati Merapi, Semarang, Bromo ke Bali, Lombok sampai Flores. Kemungkinan di flores mereka menetap selama di utara sedang musim dingin hingga kembali musim semi (Spring Migration).

Status Keterancaman dan Perlindungan

Perburuan ilegal untuk diperdagangkan di pasar gelap dan sebagai burung peliharaan. Dilindungi Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya dan PP 7 dan 8 Tahun 1999. Least concern (IUCN 2011), Appendix II CITES.

Sumber bacaan:

Ferguson-Lees, J., and D.A. Christie. 2001. Raptors of the world. Houghton Mifflin, Boston, MA.

Orta, J., Marks, J.S. & Kirwan, G.M. (2017). Oriental Honey-buzzard (Pernis ptilorhynchus). In: del Hoyo, J., Elliott, A., Sargatal, J., Christie, D.A. & de Juana, E. (eds.). Handbook of the Birds of the World Alive. Lynx Edicions, Barcelona. (retrieved from https://www.hbw.com/node/52959 on 20 November 2017).

Purwanto, A.A., F.D.N. Aji.., R. Hindriatni., A. Sukistyanawati., H. Cahyono., dan D. Sasmita. 2013. Panduan Lapang Burung Pemangsa di Kawasan Konservasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur. Balai Besar KSDA Jawa Timur. Surabaya.

Yamazaki, T., Nitani, Y., Murate, T,. Lim, K.C., Kasorndorbua, C., Rakhman, Z., Supriatna, A., and Gomboaatar, S. 2012. Field Guide to Raptor of Asia, Vol. 1, Migratory Raptors of Oriental Asia. Asian Raptor Research and Conservation Network, Japan. 119 Pp.

Baza Hitam

| Comments Off on Baza Hitam

BLACK BAZA

Aviceda leuphotes (Dumont,1820)

Foto oleh: Asman Adi Purwanto

Persebaran dan Ras

Indomalayan Himalaya, India Selatan, Cina Selatan, Asia Tenggara. Pada musim dingin bermigrasi dan menjadikan kawasan Sunda Besar sebagai wintering area.

Terdapat  4 anak jenis (ras) dengan daerah persebaran:

  • Aviceda leuphotes wolfei Deignan, 1948 – Sichuan (China bagian tengah).
  • Aviceda leuphotes leuphotes (Dumont, 1820) – Barat laut India, Burma, dan bagian Barat Thailand;
  • Aviceda leuphotes syama (Hodgson, 1837) – Nepal, Burma, Cina Selatan, dan Thailand.
  • Aviceda leuphotes andamanica Abdulali & Grubh, 1970 – Kepulauan Andaman

Deskripsi

Berukuran kecil 32 cm, mudah dikenali, berwarna hitam dan putih. Jambul hitam panjang dan sering terangkat naik. Sebagian besar bulu hitam, dengan garis lebar putih di pada dada, sayap berbercak putih, dan perut bergaris pita gelap. Pada waktu terbang, sayap yang pendek membulat berpola garis-garis hitam dan bulu sekunder abu-abu (kontras dengan bulu primer yang pucat berujung hitam). Kepakan sayap seperti gagak, saat meluncur sayap terlihat datar.

Iris coklat gelap, paruh berwarna tanduk dengan sera abu-abu, kaki abu-abu gelap.

Foto oleh: Asman Adi Purwanto

Suara

Lemah, satu sampai tiga nada teriakan tipis seperti camar.

Habitat

Menghuni seluruh kawasan hutan hujan mulai dari bagian bawah hingga mencapai ketinggian 1800 m dpl. Namun demikian, lebih banyak ditemukan mulai dari ketinggian 200-1800 m dpl. Selain hutan hujan, jenis ini juga ditemukan di kawasan hutan industri dengan tipe vegetasi hutan pinus.

Berbiak

Di India dan Burma umumnya mulai berbiak pada Maret – Juli. Sarang berada di pohon – pohon yang tinggi di hutan. Sarang berupa tumpukan ranting berukuran 25 – 40 cm dengan kedalaman sarang sekitar 10 cm dan ketebalan sarang sekitar 20 cm. Jumlah telur 2 – 3 butir telur. Masa mengeram 27 hari dengan masa bersarang 29 – 35 hari.

Makanan

Makanan utamanya sebagian besar adalah hewan-hewan invertebrata termasuk Belalang, Cangcorang, Jangkrik dan Ulat, terkadang memangsa reptil dan burung berukuran kecil. Meluncur dan hovering untuk menangkap mangsa dari tempat bertengger, atau beruru serangga di udara dengan sasaran kelompok serangga atau burung yang terbang.

Kebiasaan dan Status Migrasi

Tinggal berpasangan atau dalam kelompok kecil. Terbang pada jarak pendek, berkelepak menyambar serangga-serangga besar di udara atau di atas tanah. Sering di temukan di sepanjang aliran air atau di hutan terbuka dan desa-desa. Pada saat musim migrasi lebih cenderung terbang melayang tinggi. Pengunjung musim di Indonesia yang masih minim informasinya. Di Thailand dan Malaysia pada musim migrasi flocking dalam jumlah besar > + 2000/flock.

Status Keterancaman dan Perlindungan

Perburuan ilegal untuk diperdagangkan di pasar gelap dan sebagai burung peliharaan. Dilindungi Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya dan PP 7 dan 8 Tahun 1999. Least concern (IUCN 2011), Appendix II CITES.

Sumber bacaan:

Ferguson-Lees, J., and D.A. Christie. 2001. Raptors of the world. Houghton Mifflin, Boston, MA.

Purwanto, A.A., F.D.N. Aji.., R. Hindriatni., A. Sukistyanawati., H. Cahyono., dan D. Sasmita. 2013. Panduan Lapang Burung Pemangsa di Kawasan Konservasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur. Balai Besar KSDA Jawa Timur. Surabaya.

Yamazaki, T., Nitani, Y., Murate, T,. Lim, K.C., Kasorndorbua, C., Rakhman, Z., Supriatna, A., and Gomboaatar, S. 2012. Field Guide to Raptor of Asia, Vol. 1, Migratory Raptors of Oriental Asia. Asian Raptor Research and Conservation Network, Japan. 119 Pp.

Elang Brontok Dilepasliarkan di Hutan Bunder

| Comments Off on Elang Brontok Dilepasliarkan di Hutan Bunder

Elang brontok terpantau sesaat setelah pelepasliaran. Posisinya masih belum jauh dari lokasi kandang habituasi/ Foto: Aghnan P/KPB Bionic

Berita dari harianmerapi.com

WONOSARI (MERAPI) – Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) melepasliarkan seekor Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) di Stasiun Flora Fauna Taman Hutan Raya Bunder, Playen, Gunungkidul Minggu (25/2). Elang jantan berusia 6 tahun yang diberi nama Wira tersebut, sebelumnya menjalani proses rehabilitasi sejak tahun 2013 di Wildlife Rescue Centre (WRC) Yogyakarta dan Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta (YKAY).

“Pengawasan pada habitat elang ini dengan menggunakan Global Positioning System ( GPS) yang dipasang di tubuh elang,” kata Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta, Junita Parjanti, Minggu (25/2) .

Pihaknya mengapresiasi kerjasama lintas lembaga konservasi yang ada di Yogyakarta dalam upaya konservasi satwa dilindungi dan merupakan kali kedua kalinya dilakukan Tim Gabungan (Timgab) Pelepasliaran Elang terkoordinasi secara bersama-sama, mulai dari cek medisnya, persiapan lapangannya termasuk survei habitat, pembangunan kandang dan lainnya untuk pelepasliaran ini. Sebelumnya 25 Januari lalu secara bersama-sama juga telah melepasliaran Elang-ular Bido(Spilornis cheela) dan Alap-alap Sapi (Falco moluccensis) di kawasan Jatimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Sebelum dilepasliarkan satwa ini cukup aktif setelah dipindahkan dari tempat rehabilitasi. “Aktivitas pergerakan elang selama di kandang habituasi bagus, aktif kemudian respon terhadap pakan hidup juga baik,”imbuhnya.

Untuk wilayah Gunungkidul, Populasi di beberapa lokasi Kecamatan Tepus, Hutan Wonosadi, Ngawen; Panggang, Mangunan, Bantul burung elang brontok digunakan sebagai indikator ekosistem, asumsinya bisa bertahan di sana dan masih cukup bagus. Sementara, Direktur Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wiratno mengatakan pelepasliaran ditujukan karena elang berhak hidup di ekosistem dan merupakan bagian dari sistem di masa lalu, tetapi sekarang banyak problem pemeliharaan di masyarakat, penembakan hewan. “Kita mengimbau masyarakat tidak menggunakan senapan angin, dan tidak memelihara burung-burung yang dilindungi,”terangnya. (Pur)

Baza Jerdon

| Comments Off on Baza Jerdon

JERDON’S BAZA

Aviceda jerdoni Blyth, 1824

Aviceda jerdoni celebensis (Schlegel, 1873), Peleng, Sulawesi | Jon Hornbuckle

Persebaran dan Ras

Himalaya, India, Cina selatan, Asia tenggara, dan Sulawesi. Pengembara di Semenanjung Malaysia. Secara lokal dapat ditemui di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi. Beberapa catatan dari Sumatra sebagai penetap dan pengunjung musim dingin. Penetap di beberapa tempat di Kalimantan.

Terdiri dari 5 (lima) anak jenis dengan persebaran

  • Aviceda jerdoni ceylonensis (Legge, 1876) – India barat-daya dan Sri Lanka.
  • Aviceda jerdoni jerdoni (Blyth, 1842) – India timur-laut, Myanmar, China selatan (Yunnan, Hainan), Thailand dan sebagian Indochina sampai Semenanjung Malaysia; beberapa bermigrasi lebih jauh ke selatan pada musim dingin.
  • Aviceda jerdoni borneensis (Brüggemann, 1876) – Kalimantan.
  • Aviceda jerdoni magnirostris (Kaup, 1847) – Filipina.
  • Aviceda jerdoni celebensis (Schlegel, 1873) – Sulawesi, Kep. Banggai dan Kep. Sula.

Deskripsi

Elang berukuran sedang dengan panjang tubuh 45 cm, berwarna coklat dengan jambul panjang yang sering terangkat naik. Bagian atas coklat, bagian bawah putih dengan setrip mesial hitam. Dada bercorak merah gelap, perut bergaris datar merah gelap. Untuk ras Kalimantan kepala dan sisi leher merah karat. Perbedaannya denan Elang Alap Jambul (Accipiter trivirgatus) jambul lebih panjang dan ujung sayap nyaris mencapai ujung ekor. Perbedaanya dengan Elang Gunung (Spizaetus alboniger) dan Elang Wallace (Spizaetus nanus) remaja ukuran lebih kecil, sayap relatif lebih panjang, tarsus tanpa bulu. Ciri-ciri jenis ini ketika terbang sayap terlihat lebar, sangat panjang, dan melebar di ujung, serta ekor terpotong lurus.

Iris merah kuning, paruh hitam dengan sera abu-abu biru pucat, kaki dan tungkai kuning.

Penampakan dari bawah Baza Jerdon pada saat terbang | Jakarta Birder

Suara

Seperti suara kucing mengeluh ” pii-wiioh”, nada kedua berangsur-angsur hilang, mirip suara Elang Ular Bido (Spilornis cheela).

Habitat

Menghuni seluruh kawasan hutan hujan mulai dari bagian bawah hingga mencapai ketinggian 1800 m dpl. Namun demikian, lebih banyak ditemukan mulai dari ketinggian 200-1800 m dpl. Selain hutan hujan, jenis ini juga ditemukan di kawasan hutan industri dengan tipe vegetasi hutan pinus.

Berbiak

Sarang memiliki struktur yang tebal dan dalam, sarang berada di pohon dengan ketinggian antara 7 – 20 meter. Di Sumatera, di Taman Nasional Gunung Leuser, sarang berada di pohon dengan ketinggian 35 meter dekat dengan jalan utama di hutan primer dengan tipe tanaman Dipterocarpus. Periode berbiak Januari – Maret dengan perjumpaan satu anak di sarang (Buij 2003; Buij et.al 2006). Jumlah telur 2 dengan ukuran telur 44.7×33.6 mm (Robson 2000).

Makanan

Makanan utamanya adalah Ular, kadal, Katak dan Serangga. Mengintai mangsanya dari tempat bertengger, kemudian menyergap mangsa dan membawa kembali ke tenggeran. Menyukai tempat terbuka untuk beruru.

Kebiasaan dan Status Migrasi

Migrasi tidak lengkap (Bildstein 2006) untuk anak jenis Aviceda jerdoni jerdoni.  Perilaku yang menarik untuk di amati adalah pada saat berburu. Perilaku berburu jenis ini lebih sering terlihat dari atas cabang pohon sambil mengamati gerakan mangsanya kemudian akan meluncur menangkap mangsa ketika mangsanya terlihat. Jenis ini juga menyukai daerah pinggir hutan dan hutan pantai yang terlihat terbang berputar-putar dengan suaranya yang berisik.

Status Perlindungan

Sama seperti jenis burung pemangsa lainya jenis ini di indonesia dilindungi. Jenis ini sudah dilindungi beberpa peraturan pemerintah dan undang-undang yang berlaku di indonesia. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999. IUCN; Least Concern.

Sumber bacaan:

Ferguson-Lees, J., and D.A. Christie. 2001. Raptors of the world. Houghton Mifflin, Boston, MA.

Global Raptor Information Network. 2015. Species account: Jerdon’s Baza Aviceda jerdoni. Downloaded from http://www.globalraptors.org on 5 Jul. 2015

http://www.kutilang.or.id/2011/10/07/baza-jerdon/