Presiden Joko Widodo (Jokowi), baru saja melepasliarkan sepasang elang jawa bernama Abu dan Rossy di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Jurang Jero, Sleman, Jumat (14/2). Ketua Raptor Indonesia (RAIN), Zaini Rakhman, menyambut baik pelepasliaran elang jawa ini. Menurutnya, hal ini merupakan sinyal positif bagi pelestarian elang jawa dan raptor pada umumnya di Indonesia.
Berukuran agak kecil 50–58 cm, rentang sayap 100–115 cm (52 cm). Berwarna hitam dan putih. Jambul panjang, ekor bergaris lebar. Dada bercoret-coret memanjang, perut bergaris melintang rapat, nyaris hotam pada beberapa individu. Tenggorokan putih dengan strip hitam di tengahnya. Bagian bawah bergaris tebal, terdapat satu garis putih lebar pada ekor yang hitam. Remaja: bagian atas coklat dan bersisik kuning tua, kepala berwarna pucat, bagian bawah kuning tua bergaris coklat, ekor bergaris-garis
Berukuran besar 60-80 cm, warna Putih bagian depan dan coklat gelap bagian belakang. Bagian kepala berbulu putih dan terkadang mempunyai garis-garis berwana coklat/hitam. Tarsus ditumbuhi bulu halus seperti pada genis Nisaetus pada umumnya. Terdapat garis gelap pada bagian ekor yang berjumlah 6 garis.
Merupakan elang endemik indonesia yang hanya dapat ditemukan di kawasan Nusa Tenggara Barat hingga ke Timur dimulai dari Lombok, Sumbawa, Ende, Flores hingga Alor. Monotypic.
Berukuran besar 51–82 cm ,rentang sayap 100–160 cm, bertubuh ramping.
Sayap sangat lebar, ekor panjang berbentuk bulat, jambul sangat pendek. Terdapat fase gelap, pucat, dan peralihan. Fase gelap: seluruh tubuh coklat gelap dengan garis hitam pada ujung ekor, terlihat kontras dengan bagian ekor lain yang coklat dan lebih terang. Burung muda juga berwarna gelap. Fase terang: tubuh bagian atas coklat abu-abu gelap, tubuh bagian bawah putih bercoret-coret coklat kehitaman memanjang, setrip mata dan kumis kehitaman
Terbang berkeliling di sekitar sarang atau jalur terbang kelelawar saat senja hari menunggu kelelawar keluar untuk berburu. Setelah memilih calon mangsa, terbang dan bermanuver dengan cepat untuk mencengkeram mangsa dari belakang atau atas, kemudian segera menelan mangsa. Burung dan kelelawar berukuran besar akan dibawa dulu ke tenggeran untuk kemudian dimakan.
Setelah cek kesehatan terakhir, dokter hewan Dian Tresno Wikanti memasangkan penanda sayap dan microchip di tubuh Jujuk. Tujuannya adalah agar tim masih dapat memantau perkembangan Jujuk di alam liar pasca pelepasliaran. Beberapa menit kemudian, Jujuk sudah sampai di lokasi pelepasliaran di Taman Wisata Alam Kamojang, Garu.
Hewan dengan nama latin Accipiter trivirgartus ini diantar oleh sejumlah staf Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, PGE Area Kamojang, dan PKEK. Jujuk berkali-kali memalingkan kepalanya seakan tengah membaca keadaan alam sekitar.