Peduli Elang, PGE Bangun Pusat Konservasi Elang Kamojang – Raptor Indonesia
 

Peduli Elang, PGE Bangun Pusat Konservasi Elang Kamojang

| Posted in BERITA

Catatan admin:

“ Artikel ini telah dimuat oleh teropongsenayan.com Oleh M Anwar pada hari Minggu, 28 Jan 2018 – 22:08:00 WIB. raptor-indonesia.org melakukan posting ulang dengan tidak mengurangi dan menambahkan isi berita tersebut “

Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) | Foto: Istimewa

GARUT (TEROPONGSENAYAN)–Peduli keberlangsungan habitat Elang Jawa, sejak 2014, PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) bekerja sama dengan BBKSDA Jabar & Forum Raptor Indonesia menginisiasi pembentukan Pusat Konservasi Elang Kamojang.

Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) berada di kawasan Kamojang, Kecamatan Semarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kawasan ini juga menjadi salah satu tempat migrasi Elang.

PKEK mempunyai fasilitas konservasi berstandar Internasional. Di sini ada Pusat Informasi, Pondok Kerja, Pos Jaga, Kandang Karantina, Kandang Observasi, Kandang Rehabilitasi, Kandang Pelatihan Terbang, dan Kandang Display Edukasi. Selain itu, juga dilakukan perbaikan habitat dengan reboisasi 20.000 batang pohon, pembangkitan listrik Mikrohidro 1.095 watt, dan penggunaan lampu LED.

Tak hanya Elang Jawa, terdapat jenis elang lainnya yang direhabilitasi di konservasi ini, mulai dari Elang Brontok, Elang Tikus, dan Elang Hitam. Dari 122 ekor elang yang direhabilitasi, terdapat 29 ekor yang diserahkan warga kepada PKEK. Sebanyak 22 ekor pun berhasil dilepasliarkan.

Aktivitas rutin yang biasa dilakukan dalam merawat Elang di Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) ialah pemeriksaan kesehatan satwa yang meliputi pemeriksaan kondisi fisik Elang, pengambilan sampel darah dan feses untuk pemeriksaan laboratorium, pemberian obat dan vitamin pada Elang serta pemasangan microchip.

Jika kondisi Elang sudah sehat dan siap untuk dilepasliarkan kembali ke alam, petugas PKEK melakukan survei lokasi potensial untuk pelepasliaran Elang tersebut. Selama dua tahun Elang masih akan terus dipantau meskipun sudah dibebaskan.

Konservasi Elang tidak hanya berdampak pada keberlangsungan hidup Elang tetapi multiplier effect-nya juga dirasakan masyarakat setempat. Terbentuk pemberdayaan masyarakat penyedia pakan elang sejumlah 50 peternak dengan omset dari penyedia pakan elang yaitu 108 jt/tahun. Masyarakat setempat ikut serta dalam merawat Elang dengan menyediakan pakan Elang.

Bahkan, konservasi ini juga dijadikan sebagai destinasi wisata edukasi. Pada tahun 2017, jumlah pengunjung yang datang sebanyak 11.145 orang dengan pengadaan riset sebanyak 14 riset.

Elang Jawa merupakan salah satu spesies Elang yang endemik di Pulau Jawa dengan adaptasi yang sulit karena hanya bisa hidup di Pulau Jawa. Sebarannya dari ujung barat (Taman Nasional Ujung Kulon) hingga ujung Timur di Semenanjung Blambangan Purwo. Elang Jawa menyukai habitat pohon tinggi, tebing tinggi, atau tepian jurang. Hal ini dilakukan untuk melindungi bayi Elang yang baru lahir dari predator, memantau keadaan sekitar, sekaligus mencari mangsa dari ketinggian.

Elang Jawa usia dewasa memiliki bentuk tubuh yang tegap, ukuran sedang, dan berbulu lebat. Ukuran maksimalnya mencapai 60-70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor). Elang Jawa memiliki paruh yang bengkok dengan ukuran besar dan jambul hitam di atas kepalanya. Kekuatan kaki serta otot dan cakar yang kuat dan tajam dimanfaatkan Elang Jawa untuk memangsa. Burung predator ini termasuk ke dalam jenis burung pemakan daging atau karnivora.

Burung yang menjadi inspirasi Garuda atau simbol negara Republik Indonesia ini terbang dengan membulatkan sayap, menekuk ke atas seperti huruf “U” dengan garis-garis hitam di bagian ujung bulu sayapnya.

Tahukah Anda bahwa Elang Jawa termasuk spesies yang terancam punah? Sejak tahun 1992, Elang Jawa ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia dan masuk dalam daftar International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).

Populasi ideal untuk Elang Jawa ialah sebanyak 1.450 pasang. Namun saat ini populasinya hanya sekitar 108-542 ekor. Minimnya jumlah burung bernama ilmiah Nisaetus Bartelsi tersebut dikarenakan beberapa faktor. Sebagai salah satu jenis hewan monogami yang hidup dengan satu pasangan seumur hidup, Elang Jawa betina memiliki kebiasaan hanya bertelur dua tahun sekali. Ditambah lagi dengan perdagangan liar satwa elang sebanyak 30-40 ekor per tahunnya.

Jika tidak dilakukan konservasi habitatnya, burung dengan nama ilmiah Nisaetus bartelsi ini diperkirakan akan punah pada tahun 2025.