accipitriformes – Raptor Indonesia
 

Tag: accipitriformes

Elang Kelabu

| Comments Off on Elang Kelabu

GREY-FACED BUZZARD

Butastur indicus J. F. Gmelin, 1788

Elang Kelabu dewasa di Banda Aceh/ Copyright to Agus Nurza

Persebaran dan Ras

Tersebar mulai dari Rusia bagian timur, Cina timur laut, Korea dan Jepang kecuali Hokaido dan Okinawa. Bermigrasi ke Asia dan Asia Tenggara hingga Indonesia. Di Indonesia, jenis ini di temukan Sumatra, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua. Monotypic.

Deskripsi

Berukuran sedang 45 cm dengan rentang sayap 96 – 110 cm untuk pejantan. Sayap panjang dan menyempit dengan ujung sayap meruncing (pointed wings tip). Berwarna kecoklatan denga dagu putih. Terdapat garis mesial di tenggorokan dan kumis hitam. Bagian sisi kepala agak kehitaman, bagian atas kecoklatan dan coretan menggaris kehitaman. Bagian dada coklat berdoret kehitaman, sedangkan bagian bawah yang lainya berwarna coklat pucat dengan garis kecoklatan. Ekok panjang dengan garis hitam tebal. Ujung ekor membulat. Iris kuning, paruh abu-abu, sera dan kaki kuning.

Individu dewasa tampak bawah pada saat terbang

Suara

Getaran “cit-kwii” dengan nada kedua meninggi.

Habitat

Hutan basah, savana, pegunungan dan perkebunan. Di jepang menggunakan hutan pinus untuk berbiak. Di indonesia mengunjungi hutan-hutan dataran rendah yang memiliki bukaan.

Berbiak

Di Jepang umumnya menggunakan pohon Pinus densiflora atau pohon Cryptomeria japonica. Sarang berupa tumpukan ranting-ranting kecil yang disusun dan dilapisi dengan dedaunan hijau. Jumlah telur antara 2-4 butir dengan masa pengeraman sekitar 33 hari. Individu muda keluar dan meninggalkan sarang pada kisaran umur 36-39 hari.

Individu juvenile tampak bawah pada saat terbang

Makanan

Makanan utamanya adalah serangga, katak, kadal, burung berukuran kecil hingga sedang dan mamalia kecil. Menunggu mangsanya dari tempatnya bertengger dan menukik menangkap mangsa dengan kukunya yang tajam.

Kebiasaan dan Status Migrasi

Mendiami daerah berhtan sampai ketinggian 1.500. Terbang pelan dan suka berburu dari tempatnya bertengger. Compelete Migrant; merupakan pengunjung musim dingin dari utara bermigrasi ke Sumatra, Jawa dan Sulawesi. Catatan terbanyang di Sulawesi ( >. 4000 individu).

Status Keterancaman dan Perlindungan

Ancaman terhadap keberlangsungan hidup jenis ini adalah semakin menghilangnya hutan yang mejadi lokasi berbiak. Selain itu, berkurangnya jenis pakan seperti jenis – jenis reptil di daerah berbiaknya menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan hidup jenis ini.

Dilindungi undang-Undang No. 5 Tahun 1990, Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Least Concern (IUCN 2011) Appendix II CITES.

 

Sumber bacaan:

Ferguson-Lees, J., and D.A. Christie. 2001. Raptors of the world. Houghton Mifflin, Boston, MA.

Purwanto, A.A., F.D.N. Aji.., R. Hindriatni., A. Sukistyanawati., H. Cahyono., dan D. Sasmita. 2013. Panduan Lapang Burung Pemangsa di Kawasan Konservasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur. Balai Besar KSDA Jawa Timur. Surabaya.

Yamazaki, T., Nitani, Y., Murate, T,. Lim, K.C., Kasorndorbua, C., Rakhman, Z., Supriatna, A., and Gomboaatar, S. 2012. Field Guide to Raptor of Asia, Vol. 1, Migratory Raptors of Oriental Asia. Asian Raptor Research and Conservation Network, Japan. 119 Pp.

Prawiradilaga, D.M., T. Murate, A. Muzakir, T. Inoue, Kuswandono, A.A. Supriatna, D. Ekawati, M. Y. Afianto, Hapsoro, T. Ozawa, dan N. Sakaguchi. (2003). Panduan Survey Lapangan dan Pemantauan Burung – burung Pemangsa. Biodiversity Conservation Project – JICA, Bogor.

Sikep-madu Sulawesi

| Comments Off on Sikep-madu Sulawesi

BARRED HONEY-BUZZARD

Pernis celebensis (Wallace, 1868)

Individu dewasa dalam posisi terbang. Di foto di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan | © Kama Jaya Shagir

Persebaran dan Ras

Merupakan burung pemangsa Endemik Sulawesi. Burung yang tidak umum, tapi tersebar di beberapa daerah terbatas. Menghuni empat pulau utama di Sulawesi yakni; Sulawesi, Peleng, Muna, dan Buton. Monotyopic.

Berukuran 51-61 cm. Punggung berwarna coklat, dada bagian atas berwarna merah karat dan bercoret hitam. Dada bagian bawah sampai perut berwarna abu-abu berpalang putih. Kepala abu-abu, tenggorokan putih bergaris hitam. Ekor coklat abu-abu pucat. Juvenile: berwarna lebih pucat dan lebih sedikit coretan.

Inividu muda (juvenile) dari tanah Toraja, Sulawesi Selatan | © Happy F.

Suara

Lebih banyak diam. Pada musim berbiak mengeluarkan suara teriakan memanggil yang keras.

Habitat

Hidup di hutan primer dan tepi hutan, terutama di perbukitan atau pegunungan sampai ketinggian 1100 m, meski terkadang juga ditemukan di dataran rendah dengan ketinggian diatas 250 m.

Berbiak

Tidak banyak informasi terkait dengan perkembangbiakan jenis ini di Sulawesi. Satu individu betina pernah terekam dalam kondisi siap berbiak pada bulan September di Sulawesi. Masa pengeraman dan anak mulai bisa meninggalkan sarang tidak diketahui.

Makanan

Seperti halnya dengan Sikep-madu lainnya, makanan utamanya adalah  sarang, larva, anakan dan lebah serta tawon dewasa. Juga memakan verteberata kecil dan serangga hymenoptera lainnya.

Kebiasaan dan Status Migrasi

Burung yang pemalu, seringkali bertengger di dahan yang tersembunyi. Terkadang terlihat berjalan di permukaan tanah. Merupakan burung endemik sulawesi.

Status Keterancaman dan Perlindungan

Ancaman utamanya adalah berkurangnya habitat dan perburuan untuk perdagangan.

Dilindungi Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya dan PP 7 dan 8 Tahun 1999. Least concern (IUCN 2011), Appendix II CITES.

Sumber bacaan

Clark, W.S., Kirwan, G.M. & Marks, J.S. (2018). Sulawesi Honey-buzzard (Pernis celebensis). In: del Hoyo, J., Elliott, A., Sargatal, J., Christie, D.A. & de Juana, E. (eds.). Handbook of the Birds of the World Alive. Lynx Edicions, Barcelona. (retrieved from https://www.hbw.com/node/52960 on 28 February 2018).

 

Sikep-madu Asia

| Comments Off on Sikep-madu Asia

EASTERN HONEY-BUZZARD

Pernis ptilorhyncus (Temminck, 1821)

P.p.ptilorhynchus teramati di Taman Nasional Meru Betiri/ Foto oleh: Junaedi

Persebaran dan Ras

Merupakan jenis dengan persebaran yang cukup luas dengan pola (morphologi) yang sangat banyak. Terdapat 6 anak jenis (ras) dengan daerah perseabaran:

  • Pernis ptilorhyncus orientalis Taczanowski, 1891 – Eastern Honey-buzzard – berbiak di Siberia, Jepang hingga Vietnam. Bermigrasi secara luas, wintering di Benua India, Asia Tenggara dan Wilayah Indonesia.
  • Pernis ptilorhyncus ruficollis Lesson, 1830 – Sri Lanka dan daratan utama Asia Tenggara kecuali semenanjung Thailand dan Malaysia.
  • Pernis ptilorhyncus torquatus Lesson, 1830 – Thailand, Malaysia, Sumatra dan Kalimantan.
  • Pernis ptilorhyncus ptilorhynchus (Temminck, 1821) – Indomalayan Honey-buzzard atau Javan Honey-buzzard – Jawa.
  • Pernis ptilorhyncus philippensis Mayr, 1939 – Filipina
  • Pernis ptilorhyncus palawanensis Stresemann, 1940 – Palawan, Calamians dan Filippina bagian barat..

 

Individu juvenile/muda Sikep-madu asia ras ptilorhynchus terdokumentasi di Taman Nasional Baluran/ Foto oleh: Cak Boeseth

Deskripsi

Berukuran sedang 50 cm, Warna sangat bervariasi dalam bentuk, terang, normal, dari dua ras yang berbeda. Masing-masing ,meniru elang yang berbeda dalam pola warna bulu. Terdapat garis-garis pada ekor yang tidak teratur. Semua bentuk memiliki tenggorokan berbercak pucat kontras, dibatasi oleh garis tebal hitam, sering dengan garis hitam mesial. Ciri khas ketika terbang kepala relatif kecil menyempit, leher agak panjang, sayap panjang menyempit, ekor berpola. Pada saat soaring ekor cenderung mengembang.

Iris jingga, paruh abu-abu, beberapa perjumpaan memiliki sera kuning, bulu berbentuk sisik(terlihat dalam jarak dekat).

Suara

Keras, tingkatan nada meninggi, seperti bunyi lonceng dengan empat tingkatan nada ’wii-wiy-uho” atau ”wiihiy-wiihiy”.

Habitat

Sering mengunjungi hutan pegunungan. Hutan hujan tropis dari dataran rendah hingga dataran tinggi sedang. Di Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Meru Betiri ditemukan di dataran rendah. Bisa dijumpai hingga ketinggian 1800 mdpl, tapi lebih umum di ketinggian 1200 mdpl. Pada musim migrasi bisa ditemukan hingga ketinggian 3000mdpl.

Sikep-madu Asia ras orientalis merupakan pengunjung musim dingin yang rutin datang ke indonesia/ foto oleh: Asman Adi Purwanto

Berbiak

Musim kawin : Umunya Juni – pertengahan September.

Sarang: Di Siberia berukuran lebar 80 cm atau lebih dengan kedalaman 25 cm atau lebih dan di India lebih kecil dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 20 cm. Terdiri dari ranting kering dan jarang dedaunan hijau. Jumlah telur: 2 butir, dengan masa pengeraman 28 0 35 hari.

Makanan

Makanannya berupa ulat, kepompong dan anakan tawon dan lebah. Lalat kerbau merupakan makanan yang disukainya. Di Taiwan pada musim berbiak membawa ular dan burung dari keluarga Columbidae ke sarang untuk anaknya.

Kebiasaan dan Status Migrasi

Pengunjung pada musim dingin September-November dalam jumlah besar. Sering mengunjungi hutan pegunungan. Ciri sewaktu terbang adalah beberapa kepakan dalam yang di ikuti luncuran panjang. Melayang tinggi di udara dengan sayap datar. Mempunyai kebiasaan aneh yaitu merampas sarang tawon.

Ras yang berjambul panjang torquatus dan ptilorhyncus adalah jenis penetap dan ras Paleraktika Timur yang berjambul pendek, orientalis, pengunjung musim dingin (migran). Melakukan migrasi pada musim dingin selama bulan Agustus sampai Nopember dan Kembali bulan Maret hingga Mei. Di Indonesia diketahui masuk melalui Sumatera, Borneo, Sulawesi kemudian ada beberapa jalur lagi sampai ke Wintering Area. Di jawa, lokasi pengamatan migrasi di jawa barat adalah Puncak, Bogor, Gunung Tangkuban Perahu, Papandayan, Cibodas, Halimun Salak. Kemudian ke timur melewati Merapi, Semarang, Bromo ke Bali, Lombok sampai Flores. Kemungkinan di flores mereka menetap selama di utara sedang musim dingin hingga kembali musim semi (Spring Migration).

Status Keterancaman dan Perlindungan

Perburuan ilegal untuk diperdagangkan di pasar gelap dan sebagai burung peliharaan. Dilindungi Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya dan PP 7 dan 8 Tahun 1999. Least concern (IUCN 2011), Appendix II CITES.

Sumber bacaan:

Ferguson-Lees, J., and D.A. Christie. 2001. Raptors of the world. Houghton Mifflin, Boston, MA.

Orta, J., Marks, J.S. & Kirwan, G.M. (2017). Oriental Honey-buzzard (Pernis ptilorhynchus). In: del Hoyo, J., Elliott, A., Sargatal, J., Christie, D.A. & de Juana, E. (eds.). Handbook of the Birds of the World Alive. Lynx Edicions, Barcelona. (retrieved from https://www.hbw.com/node/52959 on 20 November 2017).

Purwanto, A.A., F.D.N. Aji.., R. Hindriatni., A. Sukistyanawati., H. Cahyono., dan D. Sasmita. 2013. Panduan Lapang Burung Pemangsa di Kawasan Konservasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur. Balai Besar KSDA Jawa Timur. Surabaya.

Yamazaki, T., Nitani, Y., Murate, T,. Lim, K.C., Kasorndorbua, C., Rakhman, Z., Supriatna, A., and Gomboaatar, S. 2012. Field Guide to Raptor of Asia, Vol. 1, Migratory Raptors of Oriental Asia. Asian Raptor Research and Conservation Network, Japan. 119 Pp.

Baza Hitam

| Comments Off on Baza Hitam

BLACK BAZA

Aviceda leuphotes (Dumont,1820)

Foto oleh: Asman Adi Purwanto

Persebaran dan Ras

Indomalayan Himalaya, India Selatan, Cina Selatan, Asia Tenggara. Pada musim dingin bermigrasi dan menjadikan kawasan Sunda Besar sebagai wintering area.

Terdapat  4 anak jenis (ras) dengan daerah persebaran:

  • Aviceda leuphotes wolfei Deignan, 1948 – Sichuan (China bagian tengah).
  • Aviceda leuphotes leuphotes (Dumont, 1820) – Barat laut India, Burma, dan bagian Barat Thailand;
  • Aviceda leuphotes syama (Hodgson, 1837) – Nepal, Burma, Cina Selatan, dan Thailand.
  • Aviceda leuphotes andamanica Abdulali & Grubh, 1970 – Kepulauan Andaman

Deskripsi

Berukuran kecil 32 cm, mudah dikenali, berwarna hitam dan putih. Jambul hitam panjang dan sering terangkat naik. Sebagian besar bulu hitam, dengan garis lebar putih di pada dada, sayap berbercak putih, dan perut bergaris pita gelap. Pada waktu terbang, sayap yang pendek membulat berpola garis-garis hitam dan bulu sekunder abu-abu (kontras dengan bulu primer yang pucat berujung hitam). Kepakan sayap seperti gagak, saat meluncur sayap terlihat datar.

Iris coklat gelap, paruh berwarna tanduk dengan sera abu-abu, kaki abu-abu gelap.

Foto oleh: Asman Adi Purwanto

Suara

Lemah, satu sampai tiga nada teriakan tipis seperti camar.

Habitat

Menghuni seluruh kawasan hutan hujan mulai dari bagian bawah hingga mencapai ketinggian 1800 m dpl. Namun demikian, lebih banyak ditemukan mulai dari ketinggian 200-1800 m dpl. Selain hutan hujan, jenis ini juga ditemukan di kawasan hutan industri dengan tipe vegetasi hutan pinus.

Berbiak

Di India dan Burma umumnya mulai berbiak pada Maret – Juli. Sarang berada di pohon – pohon yang tinggi di hutan. Sarang berupa tumpukan ranting berukuran 25 – 40 cm dengan kedalaman sarang sekitar 10 cm dan ketebalan sarang sekitar 20 cm. Jumlah telur 2 – 3 butir telur. Masa mengeram 27 hari dengan masa bersarang 29 – 35 hari.

Makanan

Makanan utamanya sebagian besar adalah hewan-hewan invertebrata termasuk Belalang, Cangcorang, Jangkrik dan Ulat, terkadang memangsa reptil dan burung berukuran kecil. Meluncur dan hovering untuk menangkap mangsa dari tempat bertengger, atau beruru serangga di udara dengan sasaran kelompok serangga atau burung yang terbang.

Kebiasaan dan Status Migrasi

Tinggal berpasangan atau dalam kelompok kecil. Terbang pada jarak pendek, berkelepak menyambar serangga-serangga besar di udara atau di atas tanah. Sering di temukan di sepanjang aliran air atau di hutan terbuka dan desa-desa. Pada saat musim migrasi lebih cenderung terbang melayang tinggi. Pengunjung musim di Indonesia yang masih minim informasinya. Di Thailand dan Malaysia pada musim migrasi flocking dalam jumlah besar > + 2000/flock.

Status Keterancaman dan Perlindungan

Perburuan ilegal untuk diperdagangkan di pasar gelap dan sebagai burung peliharaan. Dilindungi Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya dan PP 7 dan 8 Tahun 1999. Least concern (IUCN 2011), Appendix II CITES.

Sumber bacaan:

Ferguson-Lees, J., and D.A. Christie. 2001. Raptors of the world. Houghton Mifflin, Boston, MA.

Purwanto, A.A., F.D.N. Aji.., R. Hindriatni., A. Sukistyanawati., H. Cahyono., dan D. Sasmita. 2013. Panduan Lapang Burung Pemangsa di Kawasan Konservasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur. Balai Besar KSDA Jawa Timur. Surabaya.

Yamazaki, T., Nitani, Y., Murate, T,. Lim, K.C., Kasorndorbua, C., Rakhman, Z., Supriatna, A., and Gomboaatar, S. 2012. Field Guide to Raptor of Asia, Vol. 1, Migratory Raptors of Oriental Asia. Asian Raptor Research and Conservation Network, Japan. 119 Pp.