Elang Bondol – Raptor Indonesia
 

Elang Bondol

| Posted in SPESIES

BRAHMINY KITE | Least Concern (LC)

Haliastur indus (Boddaert, 1783)

Dewasa | Kepulauan Seribu | Photo by Asman A. Purwanto

Persebaran dan Ras

Elang Bondol secara global terdapat 4 (empat) sub-species dengan daerah persebaran:

  • Haliastur indus indus (Boddaert, 1783) – Pakistan, India dan Sri Lanka, China dan Asia Tenggara.
  • Haliastur indus intermedius Blyth, 1865 – Semenanjung Malay, Filipina, Sunda Besar dan Sunda Kecil, Sulawesi termasuk pulau-pulau kecil di kawasan Wallacea.
  • Haliastur indus girrenera (Vieillot, 1822) – Maluku, Papua New Guinea, Kepulauan Bismarck dan Australia bagian Timur dan Utara.
  • Haliastur indus flavirostris Condon & Amadon, 1954 – Pulau Feni, Pulau Hijau, Irelan dan Pulau Solomon.

Deskripsi

Berukuran sedang dengan panjang tubuh 44–52 cm; Jantan 409–650 gram, betina 434–700 gram; rentang sayap 110–125 cm.

Dewasa: kepala, leher, dan dda putih; sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang, terlihat kontras dengan bulu primer yang hitam. Seluruh tubuh renaja kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah menjadi putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga. Perbedaan antara burung muda dengan Elang Paria pada ujung ekor membulat dan bukannya menggarpu.
Iris coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram.

Juvenile | Kepulauan Seribu | Photo by Asman A. Purwanto

Suara
Jeritan meringkik “iiuw-wir-r-r-r-r” saat terbang berpasangan. Memekik keras “piiiii-yah” ketika mengejar pendatang yang memasuki daerah teretori.

Habitat
Ditemukan di daerah perairan berputar – putar sendirian atau berpasangan di atas perairan. Mengunjungi pesisir, sungai, rawa – rawa dan danau hingga ketinggian 3000 m dpl.

Berbiak
Masa berbiak jenis ini di daerah tropis terjadi pada musim kemarau, sekitar bulan Januari-Juli di Kalimantan, Mei-Oktober di Jawa dan Sulawesi. Sarang terbuat dari susunan ranting-ranting, rumput, daun, rumput, daun, rumput laut, sisa makanan dan sampah. Posisi sarang bisanta diletakan di bangunan atau percabangan pohon yang tersembunyi, 6-50 m dari permukaan tanah. Sedangkan di hutan mangrove, sarang hanya setinggi 2-8 m. Jumlah telur biasanya 2 (1-4 butir), dierami selama 28-35 hari. Anakan mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang umur 40-56 hari, menjadi dewasa mandiri setelah 2 bulan kemudian.

Makanan
Makanan utamanya adalah ikan dan cukup bervariasi. Di perairan diantaranya memakan kepiting, udang, dan ikan; juga memakan sampah dan ikan sisa tangkapan nelayan. Di daratan memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil.

Kebiasaan dan Status Migrasi
Terbang berputar diatas perairan sendiri atau berkelompok. Sering memakan sambil terbang. Merupakan jenis penetap di Jawa dan Bali.

Status Keterancaman dan Perlindungan
Ancaman terhadap jenis ini di jawa dan bali adalah hilangnya kawasan lahan basah serta tercemarnya kondisi perairan yang menyebabkan kelangkaan ikan yang menjadi makanan utama jenis ini. Selain itu tingginya perdagangan ilegal dan pemeliharaan menjadi ancaman serius dalam upaya konservasi jenis ini di Jawa dan Bali.
Dilindungi Undang – undang No 5 tahun 1990 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 106 tahun 2018.

Sumber bacaan

Debus, S., Marks, J.S. & Kirwan, G.M. (2019). Brahminy Kite (Haliastur indus). In: del Hoyo, J., Elliott, A., Sargatal, J., Christie, D.A. & de Juana, E. (eds.). Handbook of the Birds of the World Alive. Lynx Edicions, Barcelona. (retrieved from https://www.hbw.com/node/52980 on 20 November 2019).

Purwanto, A.A., F.D.N. Aji.., R. Hindriatni., A. Sukistyanawati., H. Cahyono., dan D. Sasmita. (2013). Panduan Lapang Burung Pemangsa di Kawasan Konservasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur. Balai Besar KSDA Jawa Timur. Surabaya.

Stuart Fisher, IBC1123974. Accessible at hbw.com/ibc/1123974.