SPESIES – Page 2 – Raptor Indonesia
 

Category: SPESIES

Elang-ular Kinabalu

| Comments Off on Elang-ular Kinabalu

Berukuran sedang (55-58 cm) dengan rentang sayap (WS) antara 118-129 centimeter. Dibanding dengan Elang-ular Bido (Spilornis cheela) sayap lebih panjang dan warna lebih gelap. Ekor memiliki garis berwarna putih pucay. Pola bintik-bintik lebih kecil, garis tengkuk coklat amber terang, tenggorokan hitam dan garis ekor terang.


Elang-ular Sulawesi

| Comments Off on Elang-ular Sulawesi

Berukuran sedang (41-50 cm). Mirip dengan Elang-ular Bido, kecuali kepala yang seluruhnya hitam. Perut dan dada bergaris coklat kemerahan. Tubuh bagian atas coklat gelap kecuali pada leher belakang yang berwarna coklat kemerahan seperti warna dada. Ekor kehitaman dengan ujung ekor putih pucat.


Elang Bondol

| Comments Off on Elang Bondol

Dewasa: kepala, leher, dan dda putih; sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang, terlihat kontras dengan bulu primer yang hitam. Seluruh tubuh renaja kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah menjadi putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga. Perbedaan antara burung muda dengan Elang Paria pada ujung ekor membulat dan bukannya menggarpu.


Elang Tikus

| Comments Off on Elang Tikus

Berukuran 30 cm. Berwarna putih, abu-abu dan hitam. Berbecak hitam pada bahu, bulu primer hitam panjang khas. Apabila mereka sudah dewasa, mereka berciri-ciri: terdapat mahkota di punggung, sayap pelindung dan bagian pangkal ekor abu-abu


Elang Kelabu

| Comments Off on Elang Kelabu

GREY-FACED BUZZARD

Butastur indicus J. F. Gmelin, 1788

Elang Kelabu dewasa di Banda Aceh/ Copyright to Agus Nurza

Persebaran dan Ras

Tersebar mulai dari Rusia bagian timur, Cina timur laut, Korea dan Jepang kecuali Hokaido dan Okinawa. Bermigrasi ke Asia dan Asia Tenggara hingga Indonesia. Di Indonesia, jenis ini di temukan Sumatra, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua. Monotypic.

Deskripsi

Berukuran sedang 45 cm dengan rentang sayap 96 – 110 cm untuk pejantan. Sayap panjang dan menyempit dengan ujung sayap meruncing (pointed wings tip). Berwarna kecoklatan denga dagu putih. Terdapat garis mesial di tenggorokan dan kumis hitam. Bagian sisi kepala agak kehitaman, bagian atas kecoklatan dan coretan menggaris kehitaman. Bagian dada coklat berdoret kehitaman, sedangkan bagian bawah yang lainya berwarna coklat pucat dengan garis kecoklatan. Ekok panjang dengan garis hitam tebal. Ujung ekor membulat. Iris kuning, paruh abu-abu, sera dan kaki kuning.

Individu dewasa tampak bawah pada saat terbang

Suara

Getaran “cit-kwii” dengan nada kedua meninggi.

Habitat

Hutan basah, savana, pegunungan dan perkebunan. Di jepang menggunakan hutan pinus untuk berbiak. Di indonesia mengunjungi hutan-hutan dataran rendah yang memiliki bukaan.

Berbiak

Di Jepang umumnya menggunakan pohon Pinus densiflora atau pohon Cryptomeria japonica. Sarang berupa tumpukan ranting-ranting kecil yang disusun dan dilapisi dengan dedaunan hijau. Jumlah telur antara 2-4 butir dengan masa pengeraman sekitar 33 hari. Individu muda keluar dan meninggalkan sarang pada kisaran umur 36-39 hari.

Individu juvenile tampak bawah pada saat terbang

Makanan

Makanan utamanya adalah serangga, katak, kadal, burung berukuran kecil hingga sedang dan mamalia kecil. Menunggu mangsanya dari tempatnya bertengger dan menukik menangkap mangsa dengan kukunya yang tajam.

Kebiasaan dan Status Migrasi

Mendiami daerah berhtan sampai ketinggian 1.500. Terbang pelan dan suka berburu dari tempatnya bertengger. Compelete Migrant; merupakan pengunjung musim dingin dari utara bermigrasi ke Sumatra, Jawa dan Sulawesi. Catatan terbanyang di Sulawesi ( >. 4000 individu).

Status Keterancaman dan Perlindungan

Ancaman terhadap keberlangsungan hidup jenis ini adalah semakin menghilangnya hutan yang mejadi lokasi berbiak. Selain itu, berkurangnya jenis pakan seperti jenis – jenis reptil di daerah berbiaknya menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan hidup jenis ini.

Dilindungi undang-Undang No. 5 Tahun 1990, Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Least Concern (IUCN 2011) Appendix II CITES.

 

Sumber bacaan:

Ferguson-Lees, J., and D.A. Christie. 2001. Raptors of the world. Houghton Mifflin, Boston, MA.

Purwanto, A.A., F.D.N. Aji.., R. Hindriatni., A. Sukistyanawati., H. Cahyono., dan D. Sasmita. 2013. Panduan Lapang Burung Pemangsa di Kawasan Konservasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur. Balai Besar KSDA Jawa Timur. Surabaya.

Yamazaki, T., Nitani, Y., Murate, T,. Lim, K.C., Kasorndorbua, C., Rakhman, Z., Supriatna, A., and Gomboaatar, S. 2012. Field Guide to Raptor of Asia, Vol. 1, Migratory Raptors of Oriental Asia. Asian Raptor Research and Conservation Network, Japan. 119 Pp.

Prawiradilaga, D.M., T. Murate, A. Muzakir, T. Inoue, Kuswandono, A.A. Supriatna, D. Ekawati, M. Y. Afianto, Hapsoro, T. Ozawa, dan N. Sakaguchi. (2003). Panduan Survey Lapangan dan Pemantauan Burung – burung Pemangsa. Biodiversity Conservation Project – JICA, Bogor.

Sikep-madu Sulawesi

| Comments Off on Sikep-madu Sulawesi

BARRED HONEY-BUZZARD

Pernis celebensis (Wallace, 1868)

Individu dewasa dalam posisi terbang. Di foto di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan | © Kama Jaya Shagir

Persebaran dan Ras

Merupakan burung pemangsa Endemik Sulawesi. Burung yang tidak umum, tapi tersebar di beberapa daerah terbatas. Menghuni empat pulau utama di Sulawesi yakni; Sulawesi, Peleng, Muna, dan Buton. Monotyopic.

Berukuran 51-61 cm. Punggung berwarna coklat, dada bagian atas berwarna merah karat dan bercoret hitam. Dada bagian bawah sampai perut berwarna abu-abu berpalang putih. Kepala abu-abu, tenggorokan putih bergaris hitam. Ekor coklat abu-abu pucat. Juvenile: berwarna lebih pucat dan lebih sedikit coretan.

Inividu muda (juvenile) dari tanah Toraja, Sulawesi Selatan | © Happy F.

Suara

Lebih banyak diam. Pada musim berbiak mengeluarkan suara teriakan memanggil yang keras.

Habitat

Hidup di hutan primer dan tepi hutan, terutama di perbukitan atau pegunungan sampai ketinggian 1100 m, meski terkadang juga ditemukan di dataran rendah dengan ketinggian diatas 250 m.

Berbiak

Tidak banyak informasi terkait dengan perkembangbiakan jenis ini di Sulawesi. Satu individu betina pernah terekam dalam kondisi siap berbiak pada bulan September di Sulawesi. Masa pengeraman dan anak mulai bisa meninggalkan sarang tidak diketahui.

Makanan

Seperti halnya dengan Sikep-madu lainnya, makanan utamanya adalah  sarang, larva, anakan dan lebah serta tawon dewasa. Juga memakan verteberata kecil dan serangga hymenoptera lainnya.

Kebiasaan dan Status Migrasi

Burung yang pemalu, seringkali bertengger di dahan yang tersembunyi. Terkadang terlihat berjalan di permukaan tanah. Merupakan burung endemik sulawesi.

Status Keterancaman dan Perlindungan

Ancaman utamanya adalah berkurangnya habitat dan perburuan untuk perdagangan.

Dilindungi Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya dan PP 7 dan 8 Tahun 1999. Least concern (IUCN 2011), Appendix II CITES.

Sumber bacaan

Clark, W.S., Kirwan, G.M. & Marks, J.S. (2018). Sulawesi Honey-buzzard (Pernis celebensis). In: del Hoyo, J., Elliott, A., Sargatal, J., Christie, D.A. & de Juana, E. (eds.). Handbook of the Birds of the World Alive. Lynx Edicions, Barcelona. (retrieved from https://www.hbw.com/node/52960 on 28 February 2018).